Kamis, 18 Februari 2010

perekonomian TRENGGALEK

Sekilas Trenggalek PDF Print E-mail

Diantara Kabupaten lain dipropinsi Jawa Timur, Trenggalek adalah salah satu yang memiliki perekonomian yang lemah. Sebagian besar penduduk mengandalkan hidup dari hasil pertanian, sisanya dari peternakan, perkebunan, kerajinan dan penangkapan ikan. Trenggalek juga memiliki bahan-bahan tambang yang belum dikembangkan/digali. Misalnya Kalsit, Marmer, Diorite, Brobos, Toseki, Andesit, dll.

Pertanian

persawahans.jpgPertanian di Trenggalek belum dikembangkan secara maksimal, sehingga belum mampu mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat dalam hal pangan maupun kebutuhan sehari-hari. Pergantian musim yang tidak teratur sangat mempengaruhi penghasilan petani. Sistem pengairan yang kurang optimum dan kemarau panjang sering menjadi hambatan bercocok tanam. Kondisi tersebut masih sering diperburuk dengan banjir dimusim hujan yang mengakibatkan produksi pangan menurun.

Pemasaran hasil pertanian pun sering kurang menguntungkan petani. Pemerintah tidak memberlakukan patokan harga untuk melindungi mereka. Sehingga sering kita dengar adanya calo atau koperasi tertentu yang suka memanipulasi harga.

Perkebunan

Beberapa daerah diTrenggalek terkenal sebagai penghasil utama berbagai buah-buahan di Jawa Timur misalnya kopi, jeruk, mangga, rambutan, duren, manggis. Pemda Trenggalek masih harus melakukan beberapa penyuluhan kepada masyarakat tentang tatacara pemeliharaan dan penanganan terhadap hama untuk tanaman ini.

Hasil perkebunan terbesar di Trenggalek dan mungkin terbesar di Jawa adalah cengkeh.cengkeh.jpg Perkebunan kopi.jpgcengkeh terluas terletak di kecamatan Munjungan,Watulimo dan Dongko yang berada di ketinggian diatas 500 m diatas permukaan laut. Sebelum diberlakukannya peraturan baru tentang tata niaga cengkeh antara tahun 1991-1998, petani didaerah ini memiliki taraf hidup yang bagus. Namun sayang, ketentuan baru tersebut kurang memihak pada mereka, sehingga beberapa diantara mereka membiarkan perkebunan nya terbengkalai sebagai protes terhadap pemerintah.

Trenggalek pernah meraih penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha dari Presiden karena berhasil mengembangkan cengkeh.

Hasil perkebunan yang lain adalah kopi yang telah berkembang sejak pemerintahan Hindia Belanda. Di Kec Bendungan terdapat area perkebunan kopi seluas 360 hektar yang beroperasi sejak tahun 1946.

Kerajinan

Mata pencaharian masyarakat Trenggalek yang lain adalah kerajianan. Kerajinan anyaman bambu banyak dikembangkan di desa Wonoanti Gandusari dan sumber Gayam di Durenan. Batik tradisional masih di tekuni masyarakat desa Ngentrong dan kelurahan Sumber Gedong. Kerajinan marmer juga meluas di desa Banjar, Panggul. Sementara usaha bordir dan konfeksi berkembang di desa Kamulan, Durenan dan desa Sukorejo Gandusari.

Pande besi, usaha memproduksi alat-alat pertanian secara tradisional masih berjalan diTrenggalek. Walaupun kemajuan industri mampu menghasilkan barang serupa dengan kwalitas yang lebih bagus, namun hasil produksi mereka masih mendapatkan tempat dimasyarakat dengan harga yang bersaing.

Perikanan

Trenggalek memiliki pelabuhan ikan terbesar setelah Cilacap di pantai selatan pulau Jawa. Pengembangan potensi perikanan mulai direalizasikan dengan pembangunan pelabuhan ekspor hasil perikanan diPantai Prigi dengan dukungan dana sebesar Rp 120 milyar dari APBN. Pengucuran dana ini diharapkan bisa mengentaskan kemiskinan para nelayan setempat.

prigiikan.jpgMasih banyak sumber daya alam di Trenggalek yang belum dikembangkan karena sedikitnya minat investasi di Trenggalek. Tenaga kerja yang murah dan perbaikan transportasi merupakan asset besar yang bisa ditawarkan Kab. Trenggalek.


Kalo Anda berkunjung ke Trenggalek, jangan lupakan jajanan khas dari dapur Trenggalek berupa kripik Tempe, Manco, Alen-alen, Sale pisang, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar